Jumlah Pengunjung

Rabu, 28 Desember 2016

HAKIKAT ANAK DIDIK



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Dalam proses belajar dan pembelajaran didunia pendidikan, individu memiliki karakteristik dan keunikan yang berbeda satu sama lain baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaan serta karakteristik-karakteristik individu lainnya. Hal ini membutuhkan pengelolaan yang berbeda. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menguasai ilmu pengetahuan psikologi.
Belajar dengan cara menyenangkan bagi siswa, kurang mendapatkan perhatian para pendidik. Sebagian besar guru mengajar dengan metode ceramah dan “menjejali” anak dengan materi pelajaran untuk mengejar target kurikulum. Akibatnya hasil pembelajaran kurang signifikan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan sesuai kurikulum. Sebaiknya para tenaga pendidik mulai berbenah diri agar beberapa kompetensi guru profesional dimiliki sehingga akan berpengaruh terhadap peningkatan mutu pembelajaran.
Didasari pada perbedaan peserta didik satu sama lain, yang memiliki minat kemampuan, kesenangan, pengalaman dan cara belajar yang berbeda. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu beragam sesuai dengan karakteristik peserta didik. Peserta didik memiliki potensi yang berbeda.
Perbedaan peserta didik terletak dalam pola pikir, daya imajinasi, pengandaian dan hasil karyanya. Akibatnya, PBM perlu diplih dan dirancang agar memberikan kesempatan dan kebebasan berkreasi secara berkesinambungan guna mengembangkan dan mengoptimalkan kreativitas peserta didik. Untuk itu dalam hal ini, diperlukannya pemahaman dari guru untuk mengetahui keberagaman masing-masing peserta didik melalui strategi dan metode pembelajaran yang tepat untuk peserta didik.
Didasari pada perbedaan peserta didik satu sama lain, yang memiliki minat kemampuan, kesenangan, pengalaman dan cara belajar yang berbeda. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu beragam sesuai dengan karakteristik peserta didik.
Peserta didik memiliki potensi yang berbeda.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka masalah yang akan kami bahas adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana hakikat anak didik sebagai manusia?
2.      Bagaimana kedudukan anak didik sebagai subjek belajar?
3.      Apa saja kebutuhan siswa?
4.      Bagaimana perkembangan individu dan karakteristik siswa?

1.3  Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui hakikat anak didik sebagai manusia.
2.      Untuk mengetahui kedudukan anak didik sebagai subjek belajar.
3.      Untuk mengetahui apa saja kebutuhan siswa.
4.      Untuk mengetahui perkembangan individu dan karakteristik siswa.




















BAB II
PEMBAHASAN


2.1  HAKIKAT ANAK DIDIK SEBAGAI MANUSIA
2.1.1        Pandangan Psikoanalitik
      Brend mengemukakan bahwa struktur kepribadian individu seseorang itu terdiri dari tiga komponen yakni: id, ego dan super-ego.
Id atau Das Es adalah aspek biologis kepribadian yang orisinil. Id meliputi berbagai insting manusia yang mendasari perkembangan individu. Dua insting yang penting adalah insting seksual dan agresi.
Ego atau das ich merupakan aspek psikologis ke pribadian yang timbul dari kebutuhan organisme untuk dapat berhubungan dengan dunia luar secara realistis.
Super-ego atau das uber ich adalah apek sosiologis kepribadian yang merupakan wakil nilai-nilai serta cita-cita masyarakat menurut tafsiran orang tua kepada anak-anaknya, yang diajarkan dengan berbagai perintah dan larangan. Super-ego lebih merupakan hal yang bersifat ideal dari pada hal yang riil, lebih merupakan kesempurnaan dari pada kesenangan.
Dalam dinamika dan realitas kehidupan pribadi, id lebih cendrung pada nafsu, sedangkan super-ego lebih cendrung kepada hal-hal yang moralis. Kemudian agar tercipta keseimbangan hidup, maka id dan super ego harus dijembatani hal yang bersifat realistik, yakni ego/ das ich.
2.1.2        Pandangan Humanistik
Rogers, tokoh dari pandangan humanistik, berpendapat bahwa manusia memiliki dorongan untuk mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif. Manusia itu rasional dan dapat menentukan nasibnya sendiri. Manusia adalah individu dan menjadi anggota masyarakat yang dapat bertingkah laku secara memuaskan.
Kemudian Adler yang juga pendukung pandangan humanistik, berpendapat bahwa manusia tidak semata-mata digerakkan oleh dorongan untuk memuaskan kebutuhan dirinya sendiri, tetapi manusia digerakkan dalam hidupnya sebagian oleh rasa tanggung jawab sosial dan sebagian lagi oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu.



2.1.3        Pandangan Martin Buber
Manusia merupakan suatu data keberadaan yang berpotensi, namun diharapkan pada kesemestaan alam, sehingga, manusia itu terbatas. Keterbatasan ini bukanlah keterbatasan yang esensial, tetapi keterbatsan faktual.
2.1.4        Pandangan behavioristik
Pandangan dari kaum behavioristik pada dasarnya menganggap bahwa manusia sepenuhnya adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor yang datang dari luar.
Hakikat anak didik adalah manusia dengan segala dimensinya seperti diuraikan melalui berbagai pandangan tentang manusia seperti di atas. Manusia adalah sentral dalam setiap aktivitas. Oleh karena dalam kegiatan belajar, manusia adalah subjek belajar.
 Dari ke empat pandangan manusia tersebut ada beberapa pengertian pokok yang sangat relevan untuk memahami hakikat anak didik sebagai subjek belajar. Pengertian-pengertian pokok itu adalah sebagai berikut:
1.    Manusia pada dasarnya memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya.
2.    Dalam diri manusia ada fungsi yang bersifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial individu.
3.    Manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya sendiri.
4.    Manusia pada hakikatnya dalam proses “menjadi”, akan berkembang terus.
5.    Dalam dinamika kehidupan individu selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik.
6.    Manusia merupakan suatu keberadaan berpotensi yang perwujudannya merupakan ketakterdugaan. Tetapi potensi itu bersifat terbatas.
7.    Manusia adalah makhluk tuhan, yang sekaligus mengandung kemungkinan “baik” dan “buruk”.
8.    Lingkungan adalah penentu tingkah laku manusia dan tingkah laku itu merupakan kemampuan yang dipelajari. 




2.2  ANAK DIDIK SEBAGAI SUBJEK BELAJAR
Menurut berbagai penelitian, belajar yang efektif hanya akan terjadi jika siswa turut aktif dalam merumuskan serta memecahkan berbagai masalah. Siswa adalah salah satu komponen yang menempati posisi sentral dalam proses pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Di dalam proses pembelajaran siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Dalam hal ini, selama proses pembelajaran siswa ditempatkan sebagai subjek belajar, bukan sebagai objek.
Pandangan yang menganggap siswa sebagai objek belajar adalah sebuah kekeliruan, karena dengan penempatan ini berarti mengajarkan siswa untuk pasif. Sedangkan pengertian siswa sebagai subyek mengarahkan agar siswa lebih aktif selama proses pembelajaran. Hal ini selaras dengan sistem pengajaran modern yang menempatkan siswa sebagai pihak yang aktif dalam membentuk pengetahuannya sendiri (Ibrahim dan Suparni, 2008). (http://himura-strivetodream.blogspot.co.id/2011/03/siswa-sebagai-subyek-belajar.html, akses tanggal 5 November 2015).
Peserta didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Didalam proses belajar-mengajar, peserta didik sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita dan memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Jadi dalam proses belajar mengajar yang perlu diperhatikan pertama kali adalah peserta didik, bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu menentukan komponen-komponen yang lain. Apa bahan yang diperlukan, bagaimana cara yang tepat untuk bertindak, alat dan fasilitas apa yang cocok dan mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan keadaan atau karakteristik peserta didik. Itulah sebabnya peserta didik merupakan subjek belajar.
Ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh peserta didik sebagai subjek belajar yaitu:
1.      Memahami dan menerima keadaan jasmani.
2.      Memperoleh hubungan yang memuaskan dengan teman-teman sebayanya.
3.      Mencapai hubungan yang lebih “matang” dengan orang dewasa.
4.      Mencapai kematangan Emosional.
5.      Menunjuk kepada keadaan berdiri sendiri dalam lapangan finansial.
6.      Mencapai kematangan intelektual.
7.      Membentuk pandangan hidup.
8.      Mempersiapkan diri untuk mendirikan rumah tangga sendiri
 Hubungan yang lebih “matang” dengan orang dewasa, Mencapai kematangan Emosional, Menunjuk kepada keadaan berdiri sendiri dalam lapangan finansial, Mencapai kematangan intelektual, Membentuk pandangan hidup, Mempersiapkan diri untuk mendirikan rumah tangga sendiri.
Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, dimana mereka sangat memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.
Hal yang harus dipenuhi oleh peserta didik sebagai subjek belajar yaitu, memahami dan menerima keadaan jasmani, Memperoleh hubungan yang memuaskan dengan teman-teman sebayanya. (https://lembayungsurga.wordpress.com/2012/11/11/peserta-didik-sebagai-subjek-pendidikan/, akses tanggal 5 November 2015).

2.3  KEBUTUHAN SISWA
Pemenuhan kebutuhan siswa, di samping bertujuan untuk memberikan materi kegiatan setepat mungkin, juga materi pelajaran yang sudah di sesuaikan sesuai kebutuhan, biasanya lebih menarik. Dengan demikian akan membantu pelaksanaan proses belajar-mengajar. Adapun yang menjadi kebutuhan siswa antara lain dapat di sebutkan dibawah ini.
2.3.1        Kebutuhan Jasmaniah
Hal ini berkaitan dengan tuntutan siswa yang bersifat jasmaniah, baik yang menyangkut kesehatan jasmani yang dalam hal ini olahraga menjadi materi utama. Disamping itu kebutuhan-kebutuhan lain seperti makan, minum, tidur, pakaian dan sebagainya, perlu mendapat perhatian.
2.3.2     Kebutuhan Sosial
Dalam hal ini sekolah harus dipandang sebagai lembaga tempat para siswa belajar, bergaul dan berpartisipasi dengan lingkungan, seperti misalnya bergaul sesama teman yang berbeda jenis kelamin, suku bangsa, agama, status sosial dan kecakapan. Guru dalam hal ini harus dapat menciptakan suasana kerjasama antar siswa dengan suatu harapan dapat melahirkan suatu pengalaman belajar yang lebih baik. Sebab kalau tidak hati-hati, justru akibat pergaulan dengan lingkungan dapat pula membawa kegagalan dalam proses belajar mengajar. Guru harus dapat membangkitkan semangat kerjasama, sehingga dapat dikembangkan sebagai metode untuk mengajarkan sesuatu, misalnya metode belajar kelompok.
 2.3.3 Kebutuhan Intelektual
Robbert J. Havigurst dalam bukunya “Human Development and Education”, mengemukakan suatu cara untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak didik. Menurut tokoh ini bahwa setiap orang harus dapat memenuhi tugas.Tugas tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Pemenuhan tugas-tugas tertentu itulah disebutnya dengan istilah development tasked. Kesanggupan memenuhi tugas-tugas itu (developmental tasked), berarti akan memberi kepuasan dan kebahagiaan. Inilah yang dikatakan seseorang dapat memenuhi kebutuhannya. Kegagalan memenuhi tugas itu akan menimbulkan suatu kekecewaan dan berarti gagal memenuhi kebutuhannya. (Sardiman:2003:115)
Ada beberapa hal developmental tasked yang harus dipenuhi oleh setiap individu manusia subjek belajar.
1.      Memahami dan menerima baik keadaan jasmani
2.      Memperoleh hubungan yang memuaskan dengan teman-teman sebayanya.
3.      Mencapai hubungan yang lebih “matang” dengan orang dewasa.
4.      Mencapai kematangan emosional.
5.      Menuju kepada keadaan berdiri sendiri dalam lapangan finansial.
6.      Mencapai kematangan intelektual.
7.      Membentuk pandangan hidup.
8.      Mempersiapkan diri untuk mendirikan rumah tangga sendiri.

2.4  PENGEMBANGAN INDIVIDU DAN KARAKTERISTIK SISWA
Sudah populer di Indonesia bahwa tujuan pendidikan nasional pada khususnya dan pembangunan pada umumnya adalah ingin menciptakan “manusia seutuhnya”. Manusia seutuhnya adalah persona atau individu-individu yang mampu menjangkau segenap hubungan dengan tuhan, dengan lingkungan/alam sekeliling, dengan manusia lain dalam suatu kehidupan sosial yang konstruktif dan dengan dirinya sendiri. Persona atau individu yang demikian pada dirinya terdapat suatu kepribadian terpaku baik unsur akal pikiran, perasaan, moral dan keterampilan ( cipta, rasa, dan karsa), jasmani maupun rohani, yang berkembang secara penuh.
Karekteristik siswa adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya.
Mengenai pembicaraan karakteristik siswa ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1.         Karakteristik atau keadaan yang berkenan dengan kemampuan awal atau prerequisite skills, seperti misalnya kemampuan intelektual, kemampuan berpikir, mengucapkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor.
2.          Karakteristik yang berhubungan dengan latar-belakang dan status sosial.
3.          Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat dan lain-lain.
Adapun karakteristik siswa yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa:
1.         Latar-belakang pengetahuan dan taraf pengetahuan.
2.         Gaya belajar.
3.         Usia kronologi.
4.         Tingkat kematangan.
5.         Spektrum dan ruang-lingkup minat.
6.         Lingkungan sosial ekonomi.
7.         Hambatan-hambatan lingkungan dan kebudayaan.
8.         Intelegensia.
9.         Keselarasan dan attitude.
10.     Prestasi belajar.
11.     Motivasi dan lain-lain.
Proses internalisasi serta penghayatan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang dilakukan peserta didik secara aktif dibawah bimbingan guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan serta diwujudkan dalam kehidupannya di kelas, sekolah, dan masyarakat.
Tujuan pendidikan karakter adalah:
1.    Mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
2.    Mengembangkan kebiasaan dan perilaku terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal, dan tradisi budaya bangsa Indonesia yang religius.
3.    Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.
4.    Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity). (http://konsepblackbook.blogspot.co.id/2013/04/individu-dan-karakteristiknya.html, akses tanggal 5 November 2015).

































BAB III
PENUTUP

3.1    KESIMPULAN
Landasan hakekat anak didik merupakan pemahaman terhadap peserta didik yang berkaitan dengan aspek kejiwaan. Landasan psikologi memiliki peran dalam dunia pendidikan baik itu dalam belajar dan pembelajaran. Pengetahuan tentang hal tersebut sangat diperlukan oleh pihak guru atau instruktur sebagai pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing, dan pengasuh dalam memahami karakteristik kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta secara integral.     
         Pemahaman  peserta didik oleh pihak guru atau instruktur di institusi pendidikan memiliki kontribusi yang sangat berarti dalam membelajarkan peserta didik sesuai dengan sikap, minat, motivasi, aspirasi, dan kebutuhan peserta didik, sehingga proses pembelajaran di kelas dapat berlangsung secara optimal dan maksimal.

3.2    SARAN
Sebagai calon guru, diharapkan agar kita mengetahui karakter masing-masing peserta didik dan dapat memahami bahwa setiap peserta didik mempunyai potensi yang berbeda. Sehingga sebagai calon guru nantinya kita dapat meningkatkan potensi yang ada pada peserta didik.















DAFTAR PUSTAKA





Tidak ada komentar:

Posting Komentar