BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Sintaksis merupakan ilmu yang mempelajari tentang tata bahasa. Sintaksis
juga dapat dikatakan tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam
tuturan. Sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata
menjadi kelompok kata, kelompok kata menjadi kalimat. Menurut istilah sintaksis
dapat mendefinisikan: bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk
kalimat, klausa, dan frasa (Ibrahim, dkk:1). Sintaksis itu mempelajari hubungan
gramatikal di luar batas kata, tetapi di dalam satuan yang kita sebut kalimat
(Verhaar, 1981:70).
Di dalam gramatika (grammar),
frasa merupakan salah satu konstituen dari tataran (level) sintaksis,
sehingga frasa merupakan bagian dari konstruksi sintaksis (Dola, 2010: 18).
Frasa,
dalam konstruksi sintaksis, terletak pada tataran awal -sebelum klausa dan
kalimat. Walaupun kata termasuk dalam tataran sintaksis, tetapi kata di sini hanya
sebagai pembentuk satuan yang lebih besar di atasnya erta hubungan kata
dengan satuan bahasa di atasnya.
Berbicara
mengenai frasa, kita akan diingatkan kembali pada satuan-satuan bahasa yang
telah kita ketahui sebelumnya. sekedar mengingatkan, satuan bahasa (linguistic
unit) merupakan bentuk lingual yang merupakan komponen pembentuk bahasa.
Menurut Pike & Pike,
satuan-satuan bahasa terdiri atas: morfem, gugus morfem, kata, frasa, kalimat,
paragraf, monolog, pertukaran, dan konversasi. Frasa terletak pada konstituen
ke-4. Sedangkan menurut Kridalaksana (1982) membedakan satuan bahasa menjadi
morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, gugus kalimat, paragraf, dan wacana.
Frasa terletak pada konstituen ke-3. Frasa sebagai salah
satu konstituen penting dalam satuan bahasa ternyata memegang peranan penting
dalam proses pembentukan sintaksis. Jadi, untuk memahami sintaksis secara
keseluruhan, terlebih dahulu kita perlu memahami tentang apa dan bagaimana
konstituen terkecilnya, yaitu frasa.
Di dalam pertuturan (lisan) atau
karangan (tulisan), bahasa itu diwujudkan dalam bentuk satuan-satuan bahasa
yang disebut kalimat. Sedangkan kalimat itu sendiri terbentuk dari
satuan-satuan kata yang dirangkaikan (Abd. Chaer, 2006: 300). Banyak permasalahan yang sering kita temui dalam
sintaksis. Misalnya banyak yang sering mempermasalahkan antara frase dengan
kata, ada yang membedakannya dan ada juga yang mengatakan bahwa keduanya itu
sama. Oleh karena itu makalah ini disusun untuk memahami lebih lanjut tentang
frase dan hal-hal yang berkaitan dengan frase dalam sintaksis Bahasa Indonesia.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka masalah yang akan kami
bahas adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan frasa
adjectival?
2. Bagaimana bentuk frasa adjektiva
dari perilaku semantisnya?
3. Apa fungsi adjektiva?
4. Apa yang dimaksud dengan frasa
adverbia?
5. Bagaimana bentuk adverbial?
6. Bagaimana struktur adverbial?
7. Bagaimana bentuk adverbial dari perilaku
semantisnya?
1.3
Tujuan
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari
frasa adjectival.
2. Untuk mengetahui bentuk frasa
adjektiva dari perilaku semantisnya.
3. Untuk mengetahui fungsi adjektiva.
4. Untuk mengetahui pengertian dari
frasa adverbial?
5. Untuk mengetahui bentuk adverbial.
6. Untuk mengetahui struktur adverbial.
7. Untuk mengetahui bentuk adverbial
dari perilaku semantisnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Frasa Ajektiva
Frasa Adjektiva adalah frasa yang memberikan keterangan yang
lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat.
Adjektiva yang meberikan keterangan terhadap nomina itu berfungsi stributif.
Keterangan itu dapat mengungkapkan suatu kualitas atau keanggotaan dalam suatu
golongan. Contoh kata pemeri kualitas atau keanggotaan dalam suatu golongan itu
ialah kecil, berat, merah, budar, gaib, dan ganda. Perhatikanlah contoh berikut.
(1) Anak kecil meja
bundar
Beban
berat alam gaib
Baju
merah pemain ganda
Selanjutnya adjektiva juga dapat berfungsi sebagai predikat
dan adverbial kalimat. Fungsi predikat atau adverbial itu dapat mengacu ke
suatu keadaan. Contoh kata pemeri keadaan ialah mabuk, sakit, basah, baik, dan sabar.
(2) a. Agaknya dia sudah mabuk.
b. orang
itu sakit dan tidak tertolong lagi.
c. bajunya
basah kena hujan.
d. ia
berhasil dengan baik.
e. hal itu
dikemukakan secara sadar.
Adjektiva juga dicirikan oleh kemungkinannya menyatakan
tingkat kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang dterangkannya.
Perbedaan tibgkat kualitas ditegaskan dengan pemakaian kata seperti sangat dan agak di samaping adjektiva.
Contoh :
(3)
a. anak
itu sangat kuat.
b. agak jauh juga rumahnya.
2.1.1
Adjektiva Dari Perilaku Semantisnya
Kelas adjektiva menunjukkan adanya
dua tipe pokok: adjektiva bertaraf yang menggungkapkan suatu kualitas dan
adjektiva tak bertaraf yang menggungkap keanggotaan dalam suatu golongan.
Pembedaan adjektiva yang bertaraf dari adjektiva yang tak bertaraf bertalian
dengan mungkin tidaknya adjektiva itu menyatakan berbagai tingkat kualitas dan
berbagai tingkata bandingan. Untuk maksud itu dapat dipakai kata seperti sangat, agak, lebih, dan paling: sangat mudah, agak besar, lebih pendek, paling tua. Adjektiva tak
bertaraf, sebaliknya, tidak dapat diberi pewatas tersebut. Tidak ada, misalnya,
bentuk *sangat buntu,*agak genap,*lebih
kekal,*paling tunggal.
2.1.1.1
Adjektiva Bertaraf
Adjektiva bertaraf dapat diabagi atas(1)adjektiva pemeri
sifat,(2) adjektiva ukuran, (3) adjektiva warna,(4) adjektiva waktu,(5)
adjektiva jarak,(6)adjektiva sikap batin, dan (7) adjektiva cerapan. Secara
sematis batas di antara tujuh kategori itu tidak selalu jelas, bahkan kadang –
kadang bertumpang tindih. Namun , secara morfologis akan tampak perbedaan
potensi penurunnnya.
2.1.1.2 Adjektiva
Pemeri Sifat
Adjektiva
pemeri sifat jenis ini dapat memerikan kualitas dan intensitas yang bercorak
fisik atau mental.
Contoh :
aman ganas
bersih kebal
cocok latah
2.1.1.3 Adjektiva Ukuran
Adjektiva ukuran mengacu ke kualitas
yang dapat diukur dengan ukuran yang sifatnya kuantitatif.
Contoh :
berat pendek
tebal lapang
ringan kecil
tipis sempit
2.1.1.4 Adjektiva
Warna
Adjektiva warna mengacu ke berbagai
warna seperti
merah hitam
kuning putih
hijau jingga
biru lembayung
2.1.1.5 Adjektiva Waktu
Adjektiva waktu mengacu pada ke man proses, perbuatan, atau
keadaan berada atau berlangsug sebagai pewatas.
Contoh :
lama lambat
segera larut
jarang mendadak
2.1.1.6 Adjektiva Jarak
Adjektiva
jarak mengaju ke ruang antara dua benda, tempat, atau wujud sebagai pewatas
nomina.
Jauh rapat
Dekat renggang
Lebat akrab
2.1.1.7 adjektiva sikap batin
Adjektiva
sikap batin bertalian dengan pengacuan suasana hati atau perasaan.
Contoh :
Bahagia kasih
Bangga negeri
Benci pening
2.1.1.8 Adjektiva Cerapan
Adjektiva
cerapan bertalian dengan pancaindera, yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, atau penghidauan, perabaan, dan pencitarasaan.
Contoh :
a. penglihatan: gemerlap, suram, terang
b. pendengaran : bising, garau, jelas, merdu, nyaring, serak
c. penciuman : anyir, busuk, hancing, harum, semerbak,
tengik, wangi
d. perabaan: basah, halus, kasar, keras, kesat, lembab,
lembut, licin,tajam
e. pencitarasaan : asam, enak, kelat, lezat, lemak,
manis,pahit, payau, sedap, tawar
2.1.1.2 Adjektiva Tak Bertaraf
Adjektiva
tak bertaraf menempatkan acuan nomina yang diwatasinya di dalam kelompok atau
golongan tertentu. Kehadirannya di dalam lingkungan itu tidak dapat bertaraf –
taraf. Sesuatu ada di dalamnya atau luarnya.
Abadi lancing
Buntu mutlak
Gaib niskala
Ganda pelak
2.1.2 FUNGSI ADJEKTIVA
2.1.2.1 Fungsi Artibutif
Adjektiva yang merupakan pewatas dalam frasa nominal yang
nominnya menjadi subjek, objek atau pelengkap dikatakan dipakai secara atributif,
tempatnya di sebelah kanan nomina. Perhatikan contoh yang berikut.
Buku merah
Harga mahal
Gadis kecil
2.1.2.2 Fungsi Predikatif
Adjektiva
ini menjalankan fungsi predikat atau pelengkap dalam klausa dikatakan dipakai secara
predikatif.
Contoh :
a. gedung yang baru itu sangat megah.
b. setelah
menerima rapor, mereka pun gembira.
c. sedilah hatinya melihat adanknya tidak
naik kelas.
Jika
subjek atau predikat kalimat berupa frasa atau klausa yang panjang, demi
kejelasan batas antara subjek dan predikat itu kadang – kadang disisipkan kata adalah.
Contoh :
a. yang disarankan kepadamu itu (adalah) baik.
d. (adalah) tidak
benar bahwa saya menolak usulnya.
e. (adalah) wajar
bagi seorang istri jadi cemburu.
Adjektiva
dalam frasa adejektiva dapat juga diikuti pewatas yang beposisi disebelah
kanannya.
Contoh :
sakit lagi
bodoh kembali
kaya juga
2.2 FRASA ADVERBIA
Frasa
Adverbial ialah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa
ini bersifat modifikasi (mewatasi), misal : sangat baik kata baik
merupakan inti dan kata sangat merupakan pewatas. Frasa yang bersifat
modifikasi ini contohnya ialah agak besar, kurang pandai, hampir
baik, begitu kuat, pandai sekali, lebih kuat, dengan
bangga, dengan gelisah. Frasa Adverbial yang bersifat koordinatif
(yang tidak menerangkan), contoh frasanya ialah lebih kurang kata lebih
tidak menerangkan kurang dan kurang tidak menerangkan lebih.
2.2.1 Batasan Dan Ciri-Ciri Adverbia
Adverbia adalah kata yang memberikan keterangan pada verba,
adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat. Dalam kalimat saya ingin
cepat-cepat pulang, kata cepat-cepat adalah adverbial yang
menerangkan verba pulang ; juga dalam kalimat ibu rukni sangat
bijaksana, kata sangat adalah adverbial yang menerangkan adjektiva bijaksana.
Adverbial sebagai kategori harus dibedakan dari keterangan
sebagai fungsi kalimat. Jadi, dalam kalimat Ia datang kemarina, kata kemarin
berkategori nomina (bukan adverbial), tetapi fungsinya adalah keterangan waktu.
Dalam kalimat Ibu Rukni sangat bijaksana, kata sangat berfungsi
sebagai keterangan dan kebetulan juga kategorinya adalah adverbial.
Adverbia
dalam bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan dengan mempertimbangkan
1.
Bentuk
2.
Struktur Sintaksis
3. Maknanya
2.2.2
Bentuk Adverbia
Adverbia dapat terdiri atas satu morfem (monomorfemis) dapat
pula terdiri atas morfem dua atau lebih (polimorfemis). Kata sangat
adalah monomorfemis, (-sedang-) sedangkan sebaiknya adalah polimorfemis
(se-baik-nya).
Adverbial
yang polimorfemis dibentuk melalui salah satu cara berikut :
1. Mengulang
kata dasar contoh ; diam-diam, pelan-pelan, hati-hati.
2. Mengulang
kata dasar dan menambahkan sufiks –an seperti ; habis- habisan.
3. Mengulang kata dasar dan menambahkan
gabungan sufiks se-+-nya, seperti; setinggi-tingginya,
sedalam-dalamnya, sekuat-kuatnya.
4. Dengan menambahkan gabungan sufiks se-+-nya,
seperti ; sebaiknya, selekasnya, sebearnya, sesungguhnya, dan sebagainya.
5. Dengan menambahkan -nya pada kata
dasar. Contoh; agaknya, biasanya, rupanya, rasanya.
2.2.3 Struktur
Sintaksis Adverbia
Strutur
sintaksis adverbial dapat dilihat melalui dua segi yaitu :
1. Letak
strukturnya dengan ciri sebagai berikut :
- Senantiasa mendahului kata yang
diterangkan. Contoh ; lebih tinggi, terlalu kuat, sangat pandai, hanya
menulis.
- Senantiasa mengikuti kata yang
diterangkan. Contoh ; tampan nian, jelek benar, duduk saja, merah sekali.
- Dapat mendahului atau mengikuti
kata yang diterangkan. Contoh ; jangan lekas-lekas pulang, jangan pulang
lekas-lekas, lekas-lekas dia pulang.
2. Lingkup strukturnya dapat ditinjau dari medan jangkauan
adverbial yang terbatas pada satuan frasa dan yang mencapai satuan kalimat.
Adverbial yang jangkauannya terbatas pada :
- Frasa adjectival. Contoh ; tinggi sekali, agak cantik.
- Frasa verbal. Contoh ; berlari cepat, lekas-lekas
pulang.
- Frasa adverbial. Contoh ; tiba-tiba sekali, kurang
serempak.
- Frasa nominal predikat. Contoh ; hanya petani, hanya
guru.
Dari keempat frasa diatas hanya frasa verballah yang
memiliki keleluasan berpindah tempat, di awal maupun di belakang konstituen
intinya.
2.2.4 Adverbia dari Segi Perilaku Semantisnya
Berdasarkan perilaku semantisnya, dapat dibedakan delapan
jenis adverbial yaitu:
1)
Adverbia
Kualitatif
Adverbial kualitatif adalah
adverbial yang menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat, derajat,
atau mutu. Yang termasuk adverbial ini adalah kata-kata seperti paling,
sangat, lebih, kurang. Contoh :
- Saya
paling suka masakan Jepang
-
Senyumnya sangat menggemasakan
2)
Adverbial
Kuantitaf
Adverbial kuantitatif menggambarkan
makna yang berhubungan dengan jumlah. Yang termasuk adverbial ini, antara lain,
kata banyak, sedikit, kira-kira, dan cukup. Contoh:
-
Lukanya banyak mengeluarkan darah
- Raut
wajahnya sedikit memerah
- Kalau
ia kira-kira marah, kami menjauh
- Warna
bajunya cukup serasi dengan warna celananya
3)
Adverbial
Limitatif
Adverbial limitative adalah
adverbial yang menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan.
Kata-kata seperti hanya, saja, dan sekadar dalam contoh berikut
termasuk advberbia limitative. Contoh:
- Obat itu hanya mengahambat
pertumbuhan penyakit
- Kami di rumah saja selama liburan
ini
- Ia sekadar menarik hatiku
4)
Adverbia Frekuentatif
Adverbial frekuaentatif adalah
adverbial yang menggambarkan makna berhubungan dengan tingkat kekerapan
terjadinya sesuatu yang diterangkan adverbial itu. Kata yang tergolong
adverbial ini misalnya, selalu, sering, jarang, dan kadang-kadan. Contoh :
- Kami selalu makan malam
bersama-sama
- Mereka sering mengabaikan
tanggung jawab
- Para siswa yang rajin jarang
tinggal kelas
- Kadang-kadang saya terkejut melihat
inisiatifnya
5)
Adverbia Kewaktuan
Adverbia kewaktuan adalah adverbial
yang menggambarkan makna berhubungan dengan saat terjadinya peristiwa yang
diterangkan oleh adverbial itu. Yang dimaksud dengan adverbial kewaktuan ialah
bentuk seperti baru dan segera. Contoh:
- Ayah baru diberhentikan dari
jabatannya
- Kami berlima akan segera
menyepakati masalah itu
6) Adverbial Kecaraan
Adverbial kecaraan ialah adverbial
yang menggambarkan makna yang berhubungan dengan bagaimana peristiwa yang
diterangan oleh adverbial berlangsung atau terjadi. Yang termasuk adverbial
kecaraan ini adalah bentuk-bentuk seperti diam-diam, secepatnya, dan pelan-pelan.
Contoh :
- Ikuti dia diam-diam dari belakang
- Kami akan menyelesaikan tugas itu
secepatnya
- Pelan-pelan Moerdiono
menjelaskan posisi pemerintah
7) Adverbial Kontrastif
Adverbial kontrastif ialah adverbial
yang menggambarkan pertentangan dengan makna kata atau hal yang dinyatakan
sebelumnya. Yang termasuk ke dalam adverbial kontrastif adalah bentuk seperti bahkan,
malahan, dan justru.
- Saya belum pernah kerumahnya bahkan sampai
sekarangpun alamatnya saya tidak tahu
- Jangankan saya diberi ongkos pulang, dia malahan mau
pinjem uang
- Siapa bilang dia kikir, justru dia yang
menyumbang paling banyak
8) Adverbial Keniscayaan
Adverbia Keniscayaan adalah
adverbial yang menggambarkan makan yang berhubungan dengan kepastian tentang
keberlangsungan atau terjadinya hal atau peristiwa ayng dijelaskan adverbial
itu. Yang termasuk adverbial keniscayaan adalah bentuk seperti niscaya,
pasti, dan tentu.
- Niscaya manusia akan hancur
kalau mengabaikan hal itu
- Kami pasti akan
menemukannya nanti
- Pemerintah tentu akan memperhatikan semua
unsure yang disampaikan oleh para wakil rakyat.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Frasa Adjektiva adalah frasa yang
memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh
nomina dalam kalimat. Adjektiva yang meberikan keterangan terhadap nomina itu
berfungsi stributif. Keterangan itu dapat mengungkapkan suatu kualitas atau
keanggotaan dalam suatu golongan. Frasa Adverbial ialah kelompok kata yang
dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa ini bersifat modifikasi (mewatasi).
3.2 SARAN
Semoga
bermanfaat dan menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti,
dan lugas. Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Dan
kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer,
Abdul. 2008. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Khairah,
Miftahul dan Sakura Ridwan. 2014.
Sintaksis. Jakarta : Bumi Aksara.
http://nurhidayati0109.blogspot.co.id/2014/09/adverbia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar